Minggu, 24 Mei 2015

Sekilas Perkembangan IPTEK dalam Kebudayaan

Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah unsur kebudayaan yang saling berkaitan. Pengetahuan lahir dari pengalaman yang diserap oleh pancaindera manusia yang dituangkan menjadi ide-ide yang nyata maupun tak nyata. Sedanngkan ilmu pengetahuan atau sains dalam arti yang lebih luas mengacu kepada pengeahuan yang sistematis, objektif, dan eksprimen. Ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengetahuan yang telah disusun secara sistematis. Pengetahuan yang dapat dianggap sebagai sains ialah pengetahuan yang dapat diuji kembali oleh siapapun

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990 : 1158) Teknologi adalah ; 1) Metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis ilmu pengetahuan terapan 2) Keseluruhan sarana untuk menyediakan barang- barang yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Dengan kata lain teknologi adalah pengetahuan terapan yang bersifat teknis. Dalam aplikasinya teknologi umumnya mencakup tiga unsur pokok yaitu manusia yang merancang (pemilik ide) dan mewujudkan, materi/bahan sebagai alat pengolah atau yang diolah, serta benda sebagai produk yang dihasilkan. Teknologi memanfaatkan (menerapkan) ilmu pengetahuan yang ada untuk menyelesaikan masalah (menjawab persoalan). Pemanfaatan sains dalam kehidupan sehari-hari dijumpai dalam bentuk teknologi. Teknologi menerapkan ilmu pengetahuan untuk memudahkan hidup kita, dan / atau menyelesaikan masalah-masalah yang ditemui sehari-hari.

Sebagian masyarakat beranggapan teknologi adalah barang atau sesuatu yang baru. Namun, teknologi itu telah berumur sangat panjang. Setiap zaman memiliki teknologinya sendiri. Penguasaan teknologi memperlihatkan kemajuan dari waktu ke waktu. Jika pada kehidupan tertua penguasaan teknologi masih sangat sederhana dan berkembang lambat, pada masa-masa selanjutya menjadi semakin kompleks dengan perkembangan yang cepat sejalan dengan perkembangan intelegensi manusia. Produk-produk teknologi pada awalnya lebih terlihat pada alat-alat batu sederhana pada periode kemudian hingga sekarang produk itu menjadi semakin beragam tidak hanya terbatas pada teknologi pembuatan peralatan, seni, dan persenjataan, tetapi mencakup ranah yang lebih  luas meliputi teknologi pencarian pengolahan, dan pemanfaatan sumber daya lingkungan.

Clyde Kluckhohn dalam bukunya yang berjudul Universal Categories of Culture (dalam Gazalba, 1989: 10), menyebutkan terdapat 7 unsur kebudayaan yang bersifat universal (Culture Universals) yang selalu ada dalam suatu masyarakat. Ketujuh unsur tersebut antara lain  1) Sistem bahasa, 2) Sistem peralatan hidup dan teknologi, 3) Sistem ekonomi dan mata pencaharian hidup, 4) Sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial, 5) Ilmu pengetahuan, 6) Kesenian, dan 7) Sistem kepercayaan, atau agama.

Jika melihat pendapat Klukhon tersebut, ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk bagian dari 7 unsur kebudayaan yang bersifat universal. Untuk menggambarkan bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat Indonesia, dalam blog ini saya membagi menjadi beberapa kategori yang jika dilihat beberapa poin pengkategoriannya masih mencakup ke dalam 7 unsur kebudayaan tadi.

A. Penggunaan Aksara dan Bahasa

1. Aksara Pallawa, Nagari, dan Tamil
Ketiga jenis aksara yang berasal dari India ini pernah berkembang di Indonesia dalam kurun waktu abad ke 5-15 M. Aksara Pallawa diambil dari dinasti Pallawa di India. Aksara ini kemudian menurunkan berbagai variannya di wilayah Asia Tenggara seperti Vietnam, Kamboja, Thailand, Laos, Myanmar, dan Indonesia. Khusus di Indnesia aksara ini sudah berkembang sejak abad ke-5 M, meurunkan aksara Jawa Kuna, Sunda Kuna, dan Bali Kuna. Selanjutnya mulai abad ke-16 muncul aksaa-aksara “Pasca Pallawa” di berbagai derah di Indonesia, antara lain Lampung, Baak, Bugis. Aksara Nagari (disebut juga aksara Sidhamatrika atau Siddham) pertama kali muncul di Indonesai sekitar abad ke-8 M. Di India akasara ini digunakan secara nasional, disebut aksara Dewa Nagari. Aksara Tamil adalah aksara yang keberadaannya di Indonesia termasuk jarang, pertama kali muncul di Indonesia dalam abad ke-11 M.

2. Aksara Arab
Tulisan arab selalu diidentikan dengan agama Islam karena memang tulisan agama ini terlahir di Jazirah Arab. Bukti tertua saat ini mengenai keberadaan Islam di Indoneisa adalah sebuah batu nisan yang dtemukan di Leran (dekat Gresik) berasa dari abad ke 11 M. Aksara Arab di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Selain menggunakan aksara Arab dengan lafal Arab, beberapa daerah mengembangkan aksara Arab yang disesuaikan dengan lafal daerah. Modifikasi tulisan arab dengan lafal bahasa Jawa disebut Pegon, sedangkan tullisan Arab dengan lafal bahasa Melayau disebut Jawi atau Arab Melayu.

3. Aksara Cina dan Latin
Kehadiran orang Cina di Indonesia diketahui telah ada sejak abad ke-5 M, dan mulai marak pada abad ke-14 M. Namun demikian akulturasi budaya Cina dengan budaya lokal tidak begitu signifikan. Ini dapat dilihat dari peninggalan budaya materi misalnya prasati. Kalaupun ada inskripsi atau prasasti dalam aksara CIna di Indoneisa tentunya dibuat oleh orang  Cina sendiri. Aksara Cina memang rumit dan tidak mudah dipelajari. Dewasa ini tercatat sekitar 4000 karakter (aksara) Cina yang diciptakan. Bandingkan dengan aksara di India (Palawa, Nagari, Tamil) yang tidak lebih dari 50 karakter atau aksara Arab yang tidak lebih dari 30 karakter. Kesulitan makin bertambah dengan banyaknya dialek dalam bahasa Cina yang memiliki ciri tersendiri. Berikutnya, aksara Latin adalah aksara yang dibawa ke Indonesia oleh Bangsa Barat. Aksara ini diperkenalkan oleh orang-orang Eropa terutama bangsa Portugis yang datang ke Indonesia pada awal ke-16 M. Aksara ini paling praktis dan mudah diingat karena hanya terdiri dari 26 lambang bunyi.

B. Penerapan Hukum di Indonesia

Sebelum adanya bangsa Indonesia, masing-masing suku bangsa di Indonesia tentu saja memiliki hokum tersendiri atau biasa disebut dengan hokum adat. Hukum adat bisa berupa seperangkat aturan, penerapan sanksi-sanksi social ringan  atau berat, yang berlandaskan kepercayaan/religi yang dipraktekkan banyak suku bangsa di Indonesia. Bagi suku-suku Bangsa yang mengenal budaya tulis seperangkat aturan itu tentunya sudah dituangkan menjadi sebuah naskah atau kitab hukum. Beberapa naskah hukum di Jawa dan Bali pada masa lampau contohnya merupakan olahan dari naskah-naskah hukum India antara lain kitab Purwadhigma, Kutaramanawa atau Siwasasana, dan Swarajambhu, Gambaran penerapan hukum di Indonesia khususnya di Jawa pada masa lampau terdapat dalam beberapa prasasti yang berisi keputusan pengadilan (jayapatra, jayasong, dan suddhapatra) hadukha (bebaagai tindakpidana dan perdata)

Kemudian pada masa pengaruh Islam hokum sudh berlandaskan kitab Al Quran dan Hadist Nabi, seperti yang dipegang teguh oleh orang Minang: adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Pada masa kolonilal di Indonesia terutama Belanda, pasal-pasal dan ayat-ayat dan keterangan tentang hukum yang tertuang dalam wetboek Belanda masih mewarnai pasal-pasal hukum di Indonesia walaupun sudah mengalami banyak penyesuaian.

C. Pengetahuan Astronomi (Kalender) dan Navigasi

JLA Brandes seorang sarjana Belanda pernah menyatakan bahawa pengetahuan astronomi dan navigasi adalah termasuk dalam sepuluh unsure kebudayaan Indonesia asli. Sebelum adanya pengaruh asing bangsa Indonesia sudah mengetahui peredaran benda-benda angkasa seperti matahari, bulan, planet-planet, dan bintang-bintang. Pengaruh asing (India, Arab, dsb) justru memperkaya pengetahuan astronomi bangsa Indonesia. Berdasarkan pengetahuan astronomi inilah kemudian tercipta kalender atau penanggalan. Kalender berkaitan erat dengan pengukuran waktu yang dihubungkan dengan pergerakan benda-benda angkasa. Benda-benda yang sering diamati manusia adalah matahari dan bulan secara langsung mempengaruhi iklim bumi, gejala-gejala alam seperti gerhana dan pasang surut air laut.

Kalender apapun yang pernah dibuat oleh manusia didasarkann pada peredaran bumi mengelilingi matahari (kalender solar atau syamsiyah) atau bulan mengeliling bumi (kalender lunar atau qomariyah). Ada juga kalender yang memperhitungkan peredaran bumi dan bulan mengeliingi matahari (kalender lunisolar). Beberapa suku bangsa di Indonesia menciptakan calendarnya sendiri. Oleh karena itu ada kalender Jawa, kalender Bali, Batak, Dyak, Bugis, dll. Pengetahuan astronomi juga dijadikan pedoman  dalam pelayaran (navigasi). Tidak dapat dipungkiri bahwa pelaut-pelaut Indonnesia terkenal mahir dan mampu mengarungi lautan luas sampai ke tempat-tempat yang jauh dengan berpedoman pada keletakan bintang-bintang di langit, pengetahuan mengenai pergantian musim dan arah angin. Disamping itu pelaut-pelaut Indonesia juga telah mengenal peta untuk berlayar.

D. Arsitektur (Rancang Bangun)

Salah satu kebutuhaan pokok manusia selain sandang dan pangan juga papan untuk bertempat tinggal. Di masa prasejarah manusia memanfaatkan goa, ceruk, atau tempat berlindung (shelter) lain sebagai tempat tinggal untuk melindungi diri dari perubahan cuaca dan gangguan binatang buas. Perkembangan selanjutnya manusia sudah mulai memanfaatan dan mengolah bahan-bahan yang disediakan oleh alam seperti kayu, dedaunan, tanah dan batu maka jadilah sebuah rumah tinggal dibangun secara sederhana maupun rumit. Rumah tinggal yang dibangun disesuaikan dengan kondisi geografis dan iklim yang ada. Rumah tinggal di daerah pegunungan yang beriklim dingin tentu beda rancang bangunan dengan rumah di daerah pesisir pantai yang cenderung beriklim panas.

Pada akhirnya seni juga lah yang membedakan antara bangunan di suatu daerah dengan daerah lainnya. Indonesia yang teridiri dari berbagai suku bangsa mengembangkan seni rancang bangun dengan kekhasan masing-masing, diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Inilah yang kemudian disebut dengan rumah tradisional. Lata keagamaan atau religi ikut berperan dalam perkembangan arsitektur. Bangun profan (rumah tinggal) arsitekturnya berbeda dengan bangunan untuk ibadah (candi, pura masjid gereja, kelenteng) yang biasanya ditandai degan simbol-simbol keagamaan. Pengaruh-pengaruh asing turut memperkaya arsitektur tradisonal sehingga muncul langgam atau gaya misalnya rumah tradisinal Betawi bergaya Eropa dan sebagainya.  

E. Pengobatan dan Pengolahan Pangan

Telah lama diketahui bahwa Indoneisa kaya dengan keragaman hayati, flora dan fauna. Keragaman hayati inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh barbagai suku bangsa di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hidup yaitu makan, minum, juga mempertahankan diri dan mencegah gangguan fisik (penyakit). Dalam perjalanan waktu yang sangat panjang manusia Indoneisa telah belajar banyak bagaimana cara cara mengolah makanan yang dimasak, yaitu direbus, (dengan air), digoreng (dengan minyak), atau dipanggang (dengan api). Mereka juga sudah mengenal cara mengawetkan makanan minuman supaya tahan disimpan lebih lama seperti dikernigkan (dijemur) dengan atau tanpa garam, dikukus, difermentasikan (proses peragian, terutama pada minuman). Teknologi pengolahan pangan juga menyangkut peralatan yang digunakan untuk memasak dan mengawetkan makanan.

Keragaman hayati juga dimanfaatkan untuk pengobatan dan pencegahan diri dari penyakit. Telah lama diketahui bahwa nenek moyang kita telah mewarisi cara-cara pengoatan tradisional, diantaranya yang amat terkenal adalah jamu yang tetap diproduksi hingga sekarang. Di sampipng pengobaan dengan ramuan tradisional, banyak suku bangsa di Indonesia juga mempraktekkan pengobatan dengan bantuan kekuatan gaib (supranatural) yaitu memohon kesembuhan kepada roh-roh leluhur atau dewa yang dipuja, juga melalui benda-benda tertentu yang dianggap mempunyai kekuatan magis.

F. Alat Perlindungan

Seperti halnya pangan dan papan manusia juag membutuhkan sndang (pakaian) untuk melindungi diri dari perubahan cuaca (panas dan dingin) dan serangan musuh (baju zirah). Pada awalnya manusia prassejarah menggunaan kulit binatang hasil buruannya untuk menutupi sebagian tubuhnya. Sejalan dengan perkembangan integensi mansuia mereka mulai memanfaatkan dan mengolah bahan-ahan yang disediakan alam seperti kulit kayu, serat tanaman untuk dijadikan pakaian. Lebih jauh lagi mereka mulai mengenal kapas dn membudidayakan tanaman ini karena menghasilkan serat yang lebih halus. Bahkan juga sudah dapat membudidayaan ulat sutra untuk diambil benangnya yang amat halus dan ringan untuk dijadkan pakaian. Perkembangan selanjutnya adalah bahwa pakaian tidak sekedar untuk melindungi diri dari cuaca tetapi diberi pola-pola untuk memberikan nilai lebih yaitu simbol status sehingga dapat dibedakan antara pakaian yang dikenakan oleh bangsawan dan rakyat biasa. Indonesia trdiri dari berbagai suku bangsa juga memiliki teknologi pembuatan pakaian dengan kekhkasan masing-masing. Contoh tenun ikat, songket, dan batik.

Termasuk dalam alat perlindungan diri adalah senjata yang diciptakan manusiauntuk melindungi diri dari serangan musuh dan binatang buas seperti senjata tajam/tusuk seperti lewang, mandau, pedang, keris, tombak, panah, juga senjata seperti senapan, pistol, dan meriam.

G. Alat Produksi

Teknoloogi tidak hanya menyangkut menyangkut produk olahan seperti gerabah, pakaian, pisau, mata uang, dan sebagainya, melainkan juga pebuatan produk tersebut. Contohnya alat pintal benang, alat tenun kain, alat untuk membatik, alat penumbuk padi, alat mebuat gerabah (tatap-tandas dan meja putar/pottery wheel), alat pertukangan logam (pandai besi) alat cetak uang, dan sebagainya

H. Alat Komunikasi

Komunikasi berhubungan dengann proses interaksi antara manusia dengan sesamnya secara langsung maupaun tidak lngsung. Komunikasi langsung biasanya disampaikan melaui tatap muka atau dengan bantuan bantan peralan seperti telepon. Pada perkembangan awal kehidupan manusia, selain berkomunikasi langsung mereke juga mengenal cara berkomunkasi secara tidak langsug melaui isyarat bunyi-bunyian. Kentongan yang pada saat ini masih digunakan di pedesaan di Jawa dan Bali untuk memberikan isyarat jika dipiukul. Kemudian atau bel dibunyikan utuk memanggil umat agama tertentu untuk dating beribadah ke kuil atau gereja. Sama halnya dengan bedug yang ditabuh unutk menandai waktu sholat dan memanggil umat Isklm untuk datang ke masjid.

Alat komunikasi lain yang disampaikan secara tidak langsung adalah surat menyurat. Orang menyampaikan pesan dalam bahasa tulisan, lewat kurir diberikan kepada orang yang dituju. Prasasti dapat dikatakan sebagai bentuk awal surat menyurat karena isinya berupa maklumat yang perlu atau harus diketahui oleh orang bersangkutan atau masyarakat. Sebab orang menulis pesan tidak hanya di batu mlainkan juga pada tembbaga dan lontar

I. Alat transportasi

Manusia dapat dikatakkan sebagai makhluk yang dinamis artinya ia tidak hanya berdiam di suatu tempat melainkan juga bergerak ke tempat lain untuk melalakukan aktifitas. Jika tempat yang dituju berjarak dekat dan mudah dijangkau, cukup hanya menggunakan kedua kakinya untuk mencapai tempat yang dimaksud. Mulai timbul kendala pabila tempat yang dituju berjarak jauh dan relatif sulit dijangkau. Untuk mengatasi kendala tersebut manusia menciptakan sarana atau memanfaatkan sarana yang sudah ada yaitu alat transportasi.

Awalnya manusia memanfaatkan sarana transportasi yang sudah ada yaitu hewan-hewan tunggangan seperti kuda, sapi, kerbau, dan gajah. Selanjutnya manusia mengembangkan kendaraan yang ditarik oleh kuda atau sapi sebagai transportasi darat untuk mengangkat dirinya dan barang-barang bawaan atau dagangan. Maka terciptalah pedati, dokar, dan sejenisnya. Selain transportasi darat manusia juga mengembangkan perahu dan kapal sebagai transportasi air. Melalui transportasi inilah manusia Indonesia dikenal sebagai pelaut-pealut yang berani mengarungi lautan luas luas untuk menjangkau pulau-pulau yang jauh dari tempat tinggalnya. Alat transpoprtasi makin bertambah pesat setelah ditemukannya mesin yang digerakan uap air, bahan bakar minyak, dan listrik seperti kereta api, mobil dan motor. Bahkan memasuki abad 20, terciptalahh pesawat terbang sebagai sarana transpotasi udara yang membuat dunia seolah-olah kecil karena jarak sudah tidak menjadi masalah lagi.

0 komentar:

Posting Komentar