Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah unsur kebudayaan yang
saling berkaitan. Pengetahuan lahir dari
pengalaman yang diserap oleh pancaindera manusia yang dituangkan menjadi ide-ide
yang nyata maupun tak nyata. Sedanngkan ilmu pengetahuan atau sains dalam arti
yang lebih luas mengacu kepada pengeahuan yang sistematis, objektif, dan
eksprimen. Ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengetahuan yang telah disusun
secara sistematis. Pengetahuan yang dapat dianggap sebagai sains ialah
pengetahuan yang dapat diuji kembali oleh siapapun
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990 : 1158) Teknologi adalah ; 1) Metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis ilmu pengetahuan terapan 2) Keseluruhan sarana untuk menyediakan barang- barang yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Dengan kata lain teknologi adalah pengetahuan terapan yang bersifat teknis. Dalam aplikasinya teknologi umumnya mencakup tiga unsur pokok yaitu manusia yang merancang (pemilik ide) dan mewujudkan, materi/bahan sebagai alat pengolah atau yang diolah, serta benda sebagai produk yang dihasilkan. Teknologi memanfaatkan (menerapkan) ilmu pengetahuan yang ada untuk menyelesaikan masalah (menjawab persoalan). Pemanfaatan sains dalam kehidupan sehari-hari dijumpai dalam bentuk teknologi. Teknologi menerapkan ilmu pengetahuan untuk memudahkan hidup kita, dan / atau menyelesaikan masalah-masalah yang ditemui sehari-hari.
Sebagian masyarakat beranggapan teknologi adalah barang
atau sesuatu yang baru. Namun, teknologi itu telah berumur sangat panjang.
Setiap zaman memiliki teknologinya sendiri. Penguasaan teknologi
memperlihatkan kemajuan dari waktu ke waktu. Jika pada kehidupan tertua
penguasaan teknologi masih sangat sederhana dan berkembang lambat, pada
masa-masa selanjutya menjadi semakin kompleks dengan perkembangan yang cepat sejalan
dengan perkembangan intelegensi manusia. Produk-produk teknologi pada awalnya
lebih terlihat pada alat-alat batu sederhana pada periode kemudian hingga sekarang
produk itu menjadi semakin beragam tidak hanya terbatas pada teknologi pembuatan
peralatan, seni, dan persenjataan, tetapi mencakup ranah yang lebih luas meliputi teknologi pencarian pengolahan,
dan pemanfaatan sumber daya lingkungan.
Clyde Kluckhohn dalam bukunya yang berjudul Universal
Categories of Culture (dalam Gazalba, 1989: 10), menyebutkan terdapat 7
unsur kebudayaan yang bersifat universal (Culture Universals) yang selalu
ada dalam suatu masyarakat. Ketujuh unsur tersebut antara lain 1) Sistem
bahasa, 2) Sistem peralatan hidup dan teknologi, 3) Sistem
ekonomi dan mata pencaharian hidup, 4) Sistem kemasyarakatan dan
organisasi sosial, 5) Ilmu pengetahuan, 6) Kesenian, dan 7) Sistem
kepercayaan, atau agama.
Jika melihat pendapat Klukhon tersebut, ilmu pengetahuan dan
teknologi termasuk bagian dari 7 unsur kebudayaan yang bersifat universal. Untuk
menggambarkan bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat
Indonesia, dalam blog ini saya membagi menjadi beberapa kategori yang jika
dilihat beberapa poin pengkategoriannya masih mencakup ke dalam 7 unsur
kebudayaan tadi.
A. Penggunaan Aksara dan Bahasa
1. Aksara Pallawa, Nagari, dan Tamil
Ketiga jenis aksara yang berasal dari India ini pernah
berkembang di Indonesia dalam kurun waktu abad ke 5-15 M. Aksara Pallawa
diambil dari dinasti Pallawa di India. Aksara ini kemudian menurunkan berbagai
variannya di wilayah Asia Tenggara seperti Vietnam, Kamboja, Thailand, Laos,
Myanmar, dan Indonesia. Khusus di Indnesia aksara ini sudah berkembang sejak
abad ke-5 M, meurunkan aksara Jawa Kuna, Sunda Kuna, dan Bali Kuna. Selanjutnya
mulai abad ke-16 muncul aksaa-aksara “Pasca Pallawa” di berbagai derah di
Indonesia, antara lain Lampung, Baak, Bugis. Aksara Nagari (disebut juga aksara
Sidhamatrika atau Siddham) pertama kali muncul di Indonesai sekitar abad ke-8
M. Di India akasara ini digunakan secara nasional, disebut aksara Dewa Nagari. Aksara
Tamil adalah aksara yang keberadaannya di Indonesia termasuk jarang, pertama
kali muncul di Indonesia dalam abad ke-11 M.
2. Aksara Arab
Tulisan arab selalu diidentikan dengan agama Islam karena
memang tulisan agama ini terlahir di Jazirah Arab. Bukti tertua saat ini mengenai
keberadaan Islam di Indoneisa adalah sebuah batu nisan yang dtemukan di Leran
(dekat Gresik) berasa dari abad ke 11 M. Aksara Arab di Indonesia mengalami
perkembangan yang sangat signifikan. Selain menggunakan aksara Arab dengan
lafal Arab, beberapa daerah mengembangkan aksara Arab yang disesuaikan dengan
lafal daerah. Modifikasi tulisan arab dengan lafal bahasa Jawa disebut Pegon,
sedangkan tullisan Arab dengan lafal bahasa Melayau disebut Jawi atau Arab
Melayu.
3. Aksara Cina dan Latin
Kehadiran orang Cina di Indonesia diketahui telah ada sejak
abad ke-5 M, dan mulai marak pada abad ke-14 M. Namun demikian akulturasi
budaya Cina dengan budaya lokal tidak begitu signifikan. Ini dapat dilihat dari
peninggalan budaya materi misalnya prasati. Kalaupun ada inskripsi atau
prasasti dalam aksara CIna di Indoneisa tentunya dibuat oleh orang Cina sendiri. Aksara Cina memang rumit dan
tidak mudah dipelajari. Dewasa ini tercatat sekitar 4000 karakter (aksara) Cina
yang diciptakan. Bandingkan dengan aksara di India (Palawa, Nagari, Tamil) yang
tidak lebih dari 50 karakter atau aksara Arab yang tidak lebih dari 30
karakter. Kesulitan makin bertambah dengan banyaknya dialek dalam bahasa Cina
yang memiliki ciri tersendiri. Berikutnya, aksara Latin adalah aksara yang dibawa
ke Indonesia oleh Bangsa Barat. Aksara ini diperkenalkan oleh orang-orang Eropa
terutama bangsa Portugis yang datang ke Indonesia pada awal ke-16 M. Aksara ini
paling praktis dan mudah diingat karena hanya terdiri dari 26 lambang bunyi.
B. Penerapan Hukum di Indonesia
Sebelum adanya bangsa Indonesia, masing-masing suku bangsa di
Indonesia tentu saja memiliki hokum tersendiri atau biasa disebut dengan hokum adat.
Hukum adat bisa berupa seperangkat aturan, penerapan sanksi-sanksi social
ringan atau berat, yang berlandaskan
kepercayaan/religi yang dipraktekkan banyak suku bangsa di Indonesia. Bagi suku-suku
Bangsa yang mengenal budaya tulis seperangkat aturan itu tentunya sudah
dituangkan menjadi sebuah naskah atau kitab hukum. Beberapa naskah hukum di
Jawa dan Bali pada masa lampau contohnya merupakan olahan dari naskah-naskah hukum
India antara lain kitab Purwadhigma, Kutaramanawa atau Siwasasana, dan
Swarajambhu, Gambaran penerapan hukum di Indonesia khususnya di Jawa pada masa
lampau terdapat dalam beberapa prasasti yang berisi keputusan pengadilan
(jayapatra, jayasong, dan suddhapatra) hadukha (bebaagai tindakpidana dan
perdata)
Kemudian pada masa pengaruh Islam hokum sudh berlandaskan kitab Al Quran dan Hadist Nabi, seperti yang dipegang teguh oleh orang Minang: adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Pada masa kolonilal di Indonesia terutama Belanda, pasal-pasal dan ayat-ayat dan keterangan tentang hukum yang tertuang dalam wetboek Belanda masih mewarnai pasal-pasal hukum di Indonesia walaupun sudah mengalami banyak penyesuaian.
C. Pengetahuan Astronomi (Kalender) dan Navigasi
JLA Brandes seorang sarjana Belanda pernah menyatakan bahawa
pengetahuan astronomi dan navigasi adalah termasuk dalam sepuluh unsure kebudayaan
Indonesia asli. Sebelum adanya pengaruh asing bangsa Indonesia sudah mengetahui
peredaran benda-benda angkasa seperti matahari, bulan, planet-planet, dan
bintang-bintang. Pengaruh asing (India, Arab, dsb) justru memperkaya
pengetahuan astronomi bangsa Indonesia. Berdasarkan pengetahuan astronomi
inilah kemudian tercipta kalender atau penanggalan. Kalender berkaitan erat
dengan pengukuran waktu yang dihubungkan dengan pergerakan benda-benda angkasa.
Benda-benda yang sering diamati manusia adalah matahari dan bulan secara
langsung mempengaruhi iklim bumi, gejala-gejala alam seperti gerhana dan pasang
surut air laut.
Kalender apapun yang pernah dibuat oleh manusia didasarkann
pada peredaran bumi mengelilingi matahari (kalender solar atau syamsiyah) atau
bulan mengeliling bumi (kalender lunar atau qomariyah). Ada juga kalender yang
memperhitungkan peredaran bumi dan bulan mengeliingi matahari (kalender lunisolar).
Beberapa suku bangsa di Indonesia menciptakan calendarnya sendiri. Oleh karena
itu ada kalender Jawa, kalender Bali, Batak, Dyak, Bugis, dll. Pengetahuan astronomi juga dijadikan pedoman dalam pelayaran (navigasi). Tidak dapat
dipungkiri bahwa pelaut-pelaut Indonnesia terkenal mahir dan mampu mengarungi
lautan luas sampai ke tempat-tempat yang jauh dengan berpedoman pada keletakan
bintang-bintang di langit, pengetahuan mengenai pergantian musim dan arah angin.
Disamping itu pelaut-pelaut Indonesia juga telah mengenal peta untuk berlayar.
D. Arsitektur (Rancang Bangun)
Salah satu kebutuhaan pokok manusia selain sandang dan pangan
juga papan untuk bertempat tinggal. Di masa prasejarah manusia memanfaatkan goa,
ceruk, atau tempat berlindung (shelter) lain sebagai tempat tinggal untuk
melindungi diri dari perubahan cuaca dan gangguan binatang buas. Perkembangan selanjutnya
manusia sudah mulai memanfaatan dan mengolah bahan-bahan yang disediakan oleh
alam seperti kayu, dedaunan, tanah dan batu maka jadilah sebuah rumah tinggal
dibangun secara sederhana maupun rumit. Rumah tinggal yang dibangun disesuaikan
dengan kondisi geografis dan iklim yang ada. Rumah tinggal di daerah pegunungan
yang beriklim dingin tentu beda rancang bangunan dengan rumah di daerah pesisir
pantai yang cenderung beriklim panas.
Pada akhirnya seni juga lah yang membedakan antara bangunan
di suatu daerah dengan daerah lainnya. Indonesia yang teridiri dari berbagai
suku bangsa mengembangkan seni rancang bangun dengan kekhasan masing-masing,
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Inilah yang kemudian
disebut dengan rumah tradisional. Lata keagamaan atau religi ikut berperan
dalam perkembangan arsitektur. Bangun profan (rumah tinggal) arsitekturnya
berbeda dengan bangunan untuk ibadah (candi, pura masjid gereja, kelenteng)
yang biasanya ditandai degan simbol-simbol keagamaan. Pengaruh-pengaruh asing
turut memperkaya arsitektur tradisonal sehingga muncul langgam atau gaya
misalnya rumah tradisinal Betawi bergaya Eropa dan sebagainya.
E. Pengobatan dan Pengolahan Pangan
Telah lama diketahui bahwa Indoneisa kaya dengan keragaman
hayati, flora dan fauna. Keragaman hayati inilah yang kemudian dimanfaatkan
oleh barbagai suku bangsa di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hidup yaitu
makan, minum, juga mempertahankan diri dan mencegah gangguan fisik (penyakit).
Dalam perjalanan waktu yang sangat panjang manusia Indoneisa telah belajar
banyak bagaimana cara cara mengolah makanan yang dimasak, yaitu direbus,
(dengan air), digoreng (dengan minyak), atau dipanggang (dengan api). Mereka juga
sudah mengenal cara mengawetkan makanan minuman supaya tahan disimpan lebih
lama seperti dikernigkan (dijemur) dengan atau tanpa garam, dikukus,
difermentasikan (proses peragian, terutama pada minuman). Teknologi pengolahan
pangan juga menyangkut peralatan yang digunakan untuk memasak dan mengawetkan
makanan.
Keragaman hayati juga dimanfaatkan untuk pengobatan dan
pencegahan diri dari penyakit. Telah lama diketahui bahwa nenek moyang kita
telah mewarisi cara-cara pengoatan tradisional, diantaranya yang amat terkenal
adalah jamu yang tetap diproduksi hingga sekarang. Di sampipng pengobaan dengan
ramuan tradisional, banyak suku bangsa di Indonesia juga mempraktekkan
pengobatan dengan bantuan kekuatan gaib (supranatural) yaitu memohon kesembuhan
kepada roh-roh leluhur atau dewa yang dipuja, juga melalui benda-benda tertentu
yang dianggap mempunyai kekuatan magis.
F. Alat
Perlindungan
Seperti halnya pangan dan papan manusia juag membutuhkan
sndang (pakaian) untuk melindungi diri dari perubahan cuaca (panas dan dingin)
dan serangan musuh (baju zirah). Pada awalnya manusia prassejarah menggunaan
kulit binatang hasil buruannya untuk menutupi sebagian tubuhnya. Sejalan dengan
perkembangan integensi mansuia mereka mulai memanfaatkan dan mengolah
bahan-ahan yang disediakan alam seperti kulit kayu, serat tanaman untuk
dijadikan pakaian. Lebih jauh lagi mereka mulai mengenal kapas dn
membudidayakan tanaman ini karena menghasilkan serat yang lebih halus. Bahkan juga
sudah dapat membudidayaan ulat sutra untuk diambil benangnya yang amat halus
dan ringan untuk dijadkan pakaian. Perkembangan selanjutnya adalah bahwa
pakaian tidak sekedar untuk melindungi diri dari cuaca tetapi diberi pola-pola
untuk memberikan nilai lebih yaitu simbol status sehingga dapat dibedakan
antara pakaian yang dikenakan oleh bangsawan dan rakyat biasa. Indonesia trdiri
dari berbagai suku bangsa juga memiliki teknologi pembuatan pakaian dengan
kekhkasan masing-masing. Contoh tenun ikat, songket, dan batik.
Termasuk dalam alat perlindungan diri adalah senjata yang
diciptakan manusiauntuk melindungi diri dari serangan musuh dan binatang buas
seperti senjata tajam/tusuk seperti lewang, mandau, pedang, keris, tombak,
panah, juga senjata seperti senapan, pistol, dan meriam.
G. Alat Produksi
Teknoloogi tidak hanya menyangkut menyangkut produk olahan
seperti gerabah, pakaian, pisau, mata uang, dan sebagainya, melainkan juga
pebuatan produk tersebut. Contohnya alat pintal benang, alat tenun kain, alat
untuk membatik, alat penumbuk padi, alat mebuat gerabah (tatap-tandas dan meja
putar/pottery wheel), alat pertukangan logam (pandai besi) alat cetak uang, dan
sebagainya
H. Alat Komunikasi
Komunikasi berhubungan dengann proses interaksi antara
manusia dengan sesamnya secara langsung maupaun tidak lngsung. Komunikasi
langsung biasanya disampaikan melaui tatap muka atau dengan bantuan bantan
peralan seperti telepon. Pada perkembangan awal kehidupan manusia, selain
berkomunikasi langsung mereke juga mengenal cara berkomunkasi secara tidak
langsug melaui isyarat bunyi-bunyian. Kentongan yang pada saat ini masih
digunakan di pedesaan di Jawa dan Bali untuk memberikan isyarat jika dipiukul. Kemudian
atau bel dibunyikan utuk memanggil umat agama tertentu untuk dating beribadah
ke kuil atau gereja. Sama halnya dengan bedug yang ditabuh unutk menandai waktu
sholat dan memanggil umat Isklm untuk datang ke masjid.
Alat komunikasi lain yang disampaikan secara tidak langsung
adalah surat menyurat. Orang menyampaikan pesan dalam bahasa tulisan, lewat
kurir diberikan kepada orang yang dituju. Prasasti dapat dikatakan sebagai
bentuk awal surat menyurat karena isinya berupa maklumat yang perlu atau harus
diketahui oleh orang bersangkutan atau masyarakat. Sebab orang menulis pesan
tidak hanya di batu mlainkan juga pada tembbaga dan lontar
I. Alat
transportasi
Manusia dapat dikatakkan sebagai makhluk yang dinamis artinya
ia tidak hanya berdiam di suatu tempat melainkan juga bergerak ke tempat lain
untuk melalakukan aktifitas. Jika tempat yang dituju berjarak dekat dan mudah
dijangkau, cukup hanya menggunakan kedua kakinya untuk mencapai tempat yang
dimaksud. Mulai timbul kendala pabila tempat yang dituju berjarak jauh dan relatif
sulit dijangkau. Untuk mengatasi kendala tersebut manusia menciptakan sarana
atau memanfaatkan sarana yang sudah ada yaitu alat transportasi.
Awalnya manusia memanfaatkan sarana transportasi
yang sudah ada yaitu hewan-hewan tunggangan seperti kuda, sapi, kerbau, dan
gajah. Selanjutnya manusia mengembangkan kendaraan yang ditarik oleh kuda atau
sapi sebagai transportasi darat untuk mengangkat dirinya dan barang-barang
bawaan atau dagangan. Maka terciptalah pedati, dokar, dan sejenisnya. Selain transportasi
darat manusia juga mengembangkan perahu dan kapal sebagai transportasi air. Melalui
transportasi inilah manusia Indonesia dikenal sebagai pelaut-pealut yang berani
mengarungi lautan luas luas untuk menjangkau pulau-pulau yang jauh dari tempat
tinggalnya. Alat transpoprtasi makin bertambah pesat setelah ditemukannya mesin
yang digerakan uap air, bahan bakar minyak, dan listrik seperti kereta api,
mobil dan motor. Bahkan memasuki abad 20, terciptalahh pesawat terbang sebagai
sarana transpotasi udara yang membuat dunia seolah-olah kecil karena jarak
sudah tidak menjadi masalah lagi.
0 komentar:
Posting Komentar