Kamis, 21 Mei 2015

Dewa Berkepala Gajah, Ganesha

Asal Kata
Bahasa Sansekerta, gana berarti kelompok, orang banyak, atau sistem pengelompokan, dan isha berarti penguasa atau pemimpin. Kata gana ketika dihubungkan dengan Ganesha seringkali merujuk kepada para gana, pasukan makhluk setengah dewa yang menjadi pengikut Siwa

Nama Lain
Kitab Amarakosha, yaitu kamus bahasa Sansekerta, menyebutkan bahwa Ganesha memiliki daftar delapan nama yaitu Winayaka (muncul di kitab-kitab Purana Hindu dan Tantra agama Budha), Wignaraja/Wignesa yang berarti penguasa segala rintangan, Dwaimatura (yang memiliki dua ibu, Ganadipa (sama dengan Ganapati dan Ganesha atau pemimpin kaum Gana, Ekadanta (yang memiliki satu gading), Heramba, Lambodara (yang memiliki perut bak periuk, atau perut yang bergelayutan), dan Gajanana (yang bermuka gajah). Dalam pewayangan disebut Bhatara Gana, dan dianggap merupakan salah satu putra Bathara Guru (Siwa). Pada sumber lain dikenal juga dengan sebutan Pille atau Pilleyar yang berarti anakkecil. Ada juga yang menafsirkan makna Pille yangberarti anak sementara pilleyar berarti seorang anak yang mulia. Dari banyaknya Pengusir segala rintangan, dewa saat memulai pekerjaan, dewa segala rintangan, dewa pelindung seni dan ilmu pengetahuan, dewa kecerdasan, dan kebijaksanaan. 

Kepala
Ganesha memiliki muka berupa gajah yang digambarkan berkepala besar, dua telinga yang lebar, mata yang sipit, dan pada salah satu gadingnya patah 
(ekadanta). Ada yang patah di sebelah kanan, ada yang di sebelah kiri, dan ada pula yang keduanya tidak patah. Namun yang paling banyak dijumpai pada situs-situs arkeologi adalah Ganesha bergading satu. Mahkotanya di beberapa arca berbentuk bulan sabit dan tengkorak (candrakapala), sebagai pertanda bahwa Ganesha adalah anak Dewa Siwa. Di dahinya terdapat trinetra (mata ketiga) yang hanya dimiliki oleh Siwa dan Ganesha. Belalai Ganesha pada umumnya selalu melengkung ke kiri/kanan mengarah ke mangkuk yang dipegang tangan bawahnya. Mangkok tersebut kadangkala digambarkan sebagai batok kepala. Simbol yang menggambarkan Ganesha sedang menyerap otak (kepala) sebagai sumber asal akal manusia dan merupakan sumber ilmu pengetahuan. Ganesha memiliki lingkaran suci atau cahaya di belakang kepalanya (Sirascakra: sira berarti kepala, cakra berarti roda atau lingkaran). Namun demikian arca Ganesha ada yang digambarkan dengan sandaran dan tanpa sandaran. Bila ditempatkan di tengah relung candi biasanya tidak memiliki sandaran.

Tangan
Pada kebanyakan arca yang ditemukan, Ganesha biasanya bertangan empat tetapi ada juga yang hanya bertangan dua. Tangan-tangan belakang memegang kapak (parasu) dan tasbih (aksamala) sementra tangan depannya memegang mangkuk dan salah satu patahan gadingnya. Selain atribut yang disebutkan tadi, ditemukan pula arca ganesha yang sedang memegang jerat seperti pada arca yang ditemukan di daerah Ungaran, tangan kanan belakang memegang tasbih sementara tangan kiriya memegang jerat atau tali penjerat.   

Badan
Sebagaimana penggambaran arca dewa lainnya, arca Ganesha juga memiliki tali kasta atau Upawita berupa ular yang menunjukkan ciri yang dimiliki oleh ayahnya. Selain itu juga dilengkapi dengan kalung, hiasan pinggang, kelat bahu, gelang tangan dan gelang kaki.  Salah satu yang menjadi bahan perhatian seseorang ketika melihat ganesha adalah perutnya yang buncit. Dengan penggambaran perut seperti itu menimbulkan kesan terhadap sosok Ganesha yang lucu. Pendapat tersebut tidaklah salah karena dalam beberapa versi juga Ganesha dikenal sebagai dewa yang jenaka dan salah satu dewa yang pandai menari seperti ayahnya. Kesan lucu juga tergambar dari sikap tubuhnya yang pada umumnya digambarkan sebagai dewa dalam wujudnya seperti bayi. Hal ini terutama tergambar pada sikap duduk ganesha seperti bayi dengan posisi telapak kaki sejajar dengan kedua lutut menyentuh dasar tempat duduk

Kaki
Sikap kaki Ganesha memiliki berbagai variasi dan pola-pola berbeda dalam pengarcaannya. Kadangkala digambarkan, berdiri dengan dua kaki atau satu kaki, menari, beraksi dengan gagah berani, sikap duduk dengan telapak kaki sejajar, ada juga salah satu kaki menggantung ke bawah tempat duduk, atau bersikap manis dalam suatu keadaan.

Mengapa kepalanya berupa gajah?
Beberapa kitab mengatakan bahwa Ganesha terlahir dengan kepala gajah, ada pula yang menyebutkan bahwa kepala gajah diperoleh Ganesha di kemudian hari. Dalam Kitab Brahmawaiwartapurana terdapat kisah yang cukup menarik. Saat Ganesha lahir, ibunya, Parwati, menunjukkan bayinya yang baru lahir ke hadapan para dewa. Tiba-tiba, Dewa Sani (Saturnus), yang konon memiliki mata terkutuk, memandang kepala Ganesha sehingga kepala si bayi terbakar menjadi abu. Dewa Wisnu datang menyelamatkan dan mengganti kepala yang lenyap dengan kepala gajah. Kisah lain dalam kitab Warahapurana mengatakan bahwa Ganesha tercipta secara langsung oleh tawa Siwa. Karena Siwa merasa Ganesha terlalu memikat perhatian, ia memberinya kepala gajah dan perut buncit. 


Dalam kitab Siwapurana terdapat cerita yang berbeda lagi, suatu ketika Parwati (istri Dewa Siwa) ingin mandi. Karena tidak ingin diganggu, ia menciptakan seorang anak laki-laki. Ia berpesan agar anak tersebut tidak mengizinkan siapapun masuk ke rumahnya selagi Dewi Parwati mandi dan hanya boleh melaksanakan perintah Dewi Parwati saja. Perintah itu dilaksanakan sang anak dengan baik. Alkisah ketika Dewa Siwa hendak masuk ke rumahnya, ia tidak dapat masuk karena dihadang oleh anak kecil yang menjaga rumahnya. Bocah tersebut melarangnya karena ia ingin melaksanakan perintah Parwati dengan baik. Siwa menjelaskan bahwa ia suami Parwati dan rumah yang dijaga si bocah adalah rumahnya juga. Namun sang bocah tidak mau mendengarkan perintah Siwa, sesuai dengan perintah ibunya untuk tidak mendengar perintah siapapun. Akhirnya Siwa kehabisan kesabarannya dan bertarung dengan anaknya sendiri. Pertarungan amat sengit sampai akhirnya Siwa menggunakan trisulanya dan memenggal kepala si bocah. Ketika Parwati selesai mandi, ia mendapati putranya sudah tak bernyawa. Ia marah kepada suaminya dan menuntut agar anaknya dihidupkan kembali. Siwa sadar akan perbuatannya dan ia menyanggupi permohonan istrinya. Atas saran Brahma, Siwa mengutus abdinya, yaitu para gana, untuk memenggal kepala makhluk apapun yang dilihatnya pertama kali yang menghadap ke utara. Ketika turun ke dunia, gana mendapati seekor gajah sedang menghadap utara. Kepala gajah itu pun dipenggal untuk mengganti kepala Ganesha hingga akhirnya Ganesha dihidupkan kembali.

0 komentar:

Posting Komentar