Sabtu, 13 Juni 2015

Hindu-Budha di Indonesia


A. Sejarah Hindu-Buddha dan Peninggalannya di Indonesia
Pada masa perdagangan kuno, kota-kota di pesisir Pulau Sumatra dan Jawa berkembang menjadi pusat perdagangan. Pedagang yang singgah di kota-kota pesisir tersebut tidak hanya berasal dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Hal itu terjadi karena letak Kepulauan Indonesia berada di daerah yang strategis, yaitu di antara dua benua dan dua samudra. Keadaan ini menyebabkan Indonesia menjadi daerah yang dilewati jalur perdagangan dan pelayaran internasional.

1. Masuk dan Berkembangnya Agama Hindu-Buddha ke Indonesia
Menurut sejarawan van Leur dan Wolters, hubungan dagang antara Indonesia dan India lebih dahulu berkembang daripada hubungan dagang antara Indonesia dan Cina. Namun, sumber sejarah untuk mengungkapkan hubungan antara Indonesia dan India ini sangat terbatas, yaitu melalui kitab-kitab sastra dan sumbersumber dari Barat. Sementara itu, orang-orang Cina mempunyai kebiasaan menuliskan kisah perjalanannya sehingga banyak ditemukan sumber-sumber tentang hubungan dagang Indonesia-Cina. Dari hubungan perdagangan, muncul beberapa teori mengenai proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke Indonesia. Teori-teori tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Teori Brahmana
Penguasa-penguasa wilayah Nusantara ingin mendapat status terhormat di mata tamu-tamunya, yaitu para pedagang asing dari India dan Cina. Mereka kemudian mengundang para Brahmana dari India. Sebagian dari mereka kemudian memutuskan untuk memeluk agama Hindu agar memperoleh penetapan sebagai kasta kesatria melalui upacara wratyastoma yang harus diselenggarakan oleh seorang brahmana.

b. Teori Kesatria
Agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia akibat pengaruh para bangsawan. Teori ini dikemukakan F.D.K. Bosch yang beranggapan bahwa telah terjadi kolonisasi oleh orang-orang India. Daerah koloni ini menjadi pusat penyebaran budaya India. Bahkan ada yang berpendapat bahwa kolonisasi yang terjadi disertai penaklukan melalui perang. Pemegang peranan terhadap proses masuknya kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia adalah golongan prajurit atau kasta kesatria.

c. Teori Waisya
Menurutnya N.J. Krom, golongan kesatria bukan merupakan golongan terbesar di antara orang-orang India yang datang ke Indonesia. Krom berpendapat bahwa masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia karena peranan kepada kasta waisya (pedagang). Mereka menetap di Indonesia kemudian menyebarkan kebudayaan India melalui hubungan dengan penguasa di Indonesia. Krom mengisyaratkan telah terjadi perkawinan antara pedagang India dan penduduk asli Indonesia.

d. Teori Arus Balik
Teori arus balik dikemukakan oleh van Leur. Menurutnya, orang Indonesia juga memiliki peran dalam proses masuknya kebudayaan India. Para pedagang dari Indonesia, datang sendiri ke India karena penasaran dengan kebudayaan tersebut. Mereka menetap di India selama beberapa waktu kemudian pulang kembali dengan membawa kebudayaan India dan menyebarkannya. Teori ini disebut teori arus balik.

Selain dengan India, bangsa Indonesia pada zaman kuno telah menjalin hubungan dagang dengan Cina. Satu hal yang penting dalam hubungan dagang antara Indonesia dan Cina adalah adanya hubungan pelayaran langsung antara kedua tempat tersebut. Bukti adanya pelayaran antara Indonesia dan Cina berasal dari abad V Masehi. Hal ini ditunjukkan dalam catatan perjalanan dua orang pendeta Buddha, yaitu Fa-Hsien dan Gunawarman. Sebuah berita mengenai hubungan antara orang Indonesia dan Cina adalah datangnya utusan dari Ho-lo-tan, sebuah negeri di She-po (Jawa).

Hubungan dagang Indonesia dengan India dan Cina telah menempatkan Indonesia pada jaringan pergaulan internasional. Selain itu, pengaruh India serta Cina telah menyebabkan perubahan dalam tata susunan masyarakat di Indonesia.

2. Pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia
Pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Buddha dari India di Indonesia sangat kuat. Hal ini dapat dilihat dari hasil akulturasi yang ada di berbagai bidang. Istilah yang tepat untuk menyebut pengaruh agama dan budaya Hindu-Buddha pada budaya Indonesia menurut Prof. Dr. F.D.K. Bosch disebut fecundation (penyuburan), yaitu penyuburan budaya Indonesia oleh budaya Hindu-Buddha. Kenyataan menunjukkan bahwa budaya Hindu-Buddha tidak menghilangkan budaya asli Indonesia. Oleh orang Indonesia, budaya Hindu-Buddha dimodifikasi sesuai dengan keadaan masyarakat. Benda-benda peninggalan sejarah Hindu-Buddha banyak ditemukan di Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Bali.

Hasil interaksi antara para pendatang dari India dengan penduduk Nusantara menghasilkan sesuatu hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Beberapa pengaruh Hindu-Buddha di antaranya sebagai berikut:

a. Bidang Bahasa dan Aksara
Dengan datangnya pengaruh budaya India maka dipergunakan bahasa dari India, terutama bahasa Sanskerta dan Pali. Walaupun demikian, tidak berarti bahwa bahasa Nusantara menjadi tersisih dan punah. Bahasa Jawa Kuno dan bahasa Melayu Kuno tetap dipakai, bahkan nantinya diperkaya dengan istilah-istilah dari bahasa Sanskerta. Dalam bidang aksara, penduduk Nusantara mulai melek aksara dengan dikenalnya aksara Pallawa dan Nagari (atau disebut juga Siddham). Dalam perkembangannya, para empu Nusantara menciptakan aksara baru yang disebut aksara Kawi (ada juga yang menyebutnya aksara Jawa Kuno).

b. Bidang Teknologi Bangunan
Sebelum datangnya pengaruh budaya India, masyarakat Nusantara membangun monumen punden berundak sebagai sarana untuk pemujaan kepada roh nenek moyang. Pemujaan kepada dewa/Bodisatwa di Nusantara digunakan teknologi pembuatan bangunan suci yang disebut candi, petirtaan, dan stupa.

Mula-mula bangunan candi sebagai tempat pemujaan kepada dewa dibangun sesuai dengan aturan dalam Kitab Silpasastra, bangunan utama berada di tengah-tengah percandian. Tetapi ketika pemujaan kepada leluhur tampil kembali dalam kepercayaan, bentuk candi pun menyesuaikan diri, kembali ke bangunan punden berundak, bangunan utama berada di bagian belakang dan bangunan candi terlihat bertingkat-tingkat. Hal ini terlihat pada bangunan candi di Jawa Timur. Bangunan candi mengalami persesuaian dengan bangunan punden berundak.

c. Bidang Agama
Sebelum mendapat pengaruh agama-agama dari India, penduduk Nusantara telah memiliki kepercayaan animisme, dinamisme,animatisme, totemisme, dan fetisisme. Dengan masuknya budaya India,penduduk Nusantara secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan Buddha, diawali oleh lapisan elite para datu dan keluarganya. Walaupun demikian, lapisan bawah terutama di pedesaan masih banyak yang tetap menganut kepercayaan asli berupa pemujaan kepada nenek moyang.

Dalam perkembangannya, agama Hindu dan agama Buddha berpadu menjadi agama Siwa Buddha. Bahkan agama campuran ini masih diwarnai dengan kepercayaan-kepercayaan asli Nusantara. Bukti pendukung tentang akulturasi agama ini dapat dilihat dari dimasukkannya dewa dewi asli Nusantara dalam susunan para dewa Hindu, yaitu Sang Hyang Tunggal dan Sang Hyang Wenang, justru sebagai moyang para dewa.

d. Bidang Seni
Pengaruh agama Hindu-Buddha juga terjadi di bidang seni. Misalnya dalam seni arca, relief, sastra, musik, dan wayang. Berikut beberapa contoh pengaruh dalam bidang seni:

1) Arca
Bangsa Indonesia belajar membuat arca dewa dari budaya India. Arca Nusantara yang sederhana dikembangkan menjadi seni arca yang secara kualitas lebih baik, tetapi arca yang tampil adalah arca dewa/perwujudan raja yang hidup. Pembuatan arca yang dinamis ini berlangsung sampai dengan zaman Tumapel-Singasari. Sejak zaman Tumapel-Singasari sampai zaman Majapahit, arca Nusantara sudah tampil beda, kaku seperti mayat. Tahapan ini menandai tampilnya kembali seni arca prasejarah berkaitan dengan pemujaan para leluhur. Terjadilah akulturasi seni arca, arca dari para dewa tetapi dengan penampilan kaku seperti mayat karena sekaligus menggambarkan leluhur yang sudah di alam surga.

2) Relief
Dengan datangnya pengaruh seni relief dari India, relief yang terpahat pada candi-candi tampil sebagai relief tinggi yang khas Nusantara, menggambarkan suasana Nusantara (bukan gambaran versi India). Sejak zaman Tumapel-Singasari tampil gaya yang berbeda yaitu lebih menampilkan seni relief Nusantara asli, yaitu relief wayang yang dipahat sebagai relief rendah.

3) Musik
Sebelum kedatangan pengaruh India bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi musik yang tinggi. Pada saat itu alat music yang berkembang antara lain nekara, kendang, kecer, dan kemanak. Masuknya pengaruh India menyebabkan penambahan beberapa alat musik, di antaranya vina (gitar bersenar tiga) dan harpa.

4) Wayang
Budaya India juga berpengaruh pada wayang. Wayang dan musiknya (gamelan) merupakan kebudayaan asli dari Nusantara berkaitan dengan pemujaan kepada roh para leluhur. Namun, budaya India memperkaya wayang dengan menyumbangkan beragam cerita, yaitu dari epos Mahabharata dan Ramayana. Jadi, wayang dan gamelannya merupakan asli Nusantara sementara cerita yang dimainkannya berasal dari India. Dalam wayang terdapat pula aspek politik, yaitu penyampaian kritik-kritik sosial. Wayang dapat juga digunakan sebagai wadah penyampaian hal-hal baru yang tidak dapat diberikan secara langsung.

e. Bidang Sastra
Sebelum masuknya pengaruh India, sastra Nusantara berupa sastra lisan. Dengan masuknya pengaruh sastra dari India, sejak zaman Mataram sampai dengan zaman Majapahit awal dikenal sastra tembang yang disebut kakawin (ka-kawi-an). Memasuki zaman Majapahit pertengahan irama kakawin digeser oleh irama kidung. Hasil karya sastra Nusantara akibat pengaruh budaya India sebagai berikut.


f. Bidang Penanggalan atau Kalender
Sebelum datangnya pengaruh budaya dari India, Nusantara sudah mengenal kalender dengan perhitungan satu pekan terdiri atas 5 dan 7 hari dipakai bersama, setahun dibagi atas 10 bulan serta perhitungan pawukon. Dengan datangnya kalender versi India, kedua kalender ini dipadukan menjadi kalender Saka yang dilengkapi dengan hari pasaran (Pon, Wage, Kliwon, Legi, dan Pahing), serta wuku dan paringkelan.

3. Perkembangan Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
Masuknya pengaruh budaya India, mengubah sistem kemasyarakatan yang telah ada. Golongan yang memegang kekuasaan dahulunya adalah ketua suku, ketua adat, dengan gelar datuk atau ratu, dan raja. Pada saat itu, pergantian pimpinan dilakukan berdasarkan kelebihan kemampuan seseorang dibanding yang lain. Hal ini dikenal dengan istilah primus interpares (yang pertama atau utama dari sesamanya). Namun, dengan adanya pengaruh India, pimpinan dipilih berdasarkan keturunan atau pertalian darah. Hubungan penguasa dengan rakyatnya berdasarkan kewibawaan dan kehormatan.

Selanjutnya, sistem pemerintahan diatur oleh suatu sistem kerajaan. Hubungan penguasa dengan kawula berdasarkan hubungan yang memerintah dengan yang diperintah. Pergantian pimpinan berdasarkan keturunan. Gelar penguasa disebut raja atau maharaja. Dalam sistem pemerintahan Hindu-Buddha di Indonesia, raja tidak memerintah dengan kekuasaan tunggal dan mutlak seperti di India. Namun, sistem pemerintahannya terdiri atas daerah-daerah yang diperintah oleh rakai atau rakryan yang memiliki otonomi cukup luas. Namun, para rakai itu umumnya masih memiliki hubungan keluarga dengan raja, baik itu hubungan saudara (satu keturunan) maupun melalui perkawinan.

a. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan yang terletak di Kalimantan Timur ini berdiri pada tahun 400 Masehi. Raja yang pertama Kundunga. Dilihat dari namanya, raja tersebut tidak beragama Hindu karena nama tersebut merupakan nama Indonesia asli. Pengaruh Hindu mulai tampak sejak Asmawarman, anak Kundunga, menjadi raja, yaitu dipergunakannya nama yang berbau India. Oleh karena itu, yang dianggap sebagai pendiri kerajaan adalah Asmawarman, dan bukan Kundunga sendiri.

Pada masa Mulawarman, Kutai mengalami kejayaan. Sang raja menaklukkan wilayah-wilayah di sekitarnya untuk memperluas kekuasaannya. Mulawarman sangat dihormati oleh rakyatnya. Ini terbukti dengan dibangunnya beberapa Yupa sebagai pernyataan terima kasih atau penghormatan kepada sang raja. Selain itu, hubungan dengan Negara lain juga terjalin dengan baik, terutama dalam bidang perdagangan dan keagamaan. Dengan diketemukannya prasasti Mulawarman maka berakhirlah masa praaksara di Indonesia.

b. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara terletak di Jawa Barat, tepatnya di tepi Sungai Cisadane (sekitar Bogor sekarang). Kerajaan ini berkembang sekitar abad VI–VII Masehi. Kerajaan Tarumanegara mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Purnawarman. Dalam masa pemerintahannya, Tarumanegara menjalin hubungan yang erat dengan negara-negara tetangga lainnya. Buktinya dapat dilihat dari berita-berita Cina yang ditemukan sebagai tanda keberadaan kerajaan ini. Masyarakat Tarumanegara menganut dua agama, yaitu Hindu dan kepercayaan asli setempat.

c. Kerajaan Mataram Kuno
Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah. Menurut prasasti-prasasti yang telah ditemukan, seperti prasasti Canggal dan Mantyasih, Mataram Kuno diperintah oleh Dinasti Sanjaya. Namun, menurut prasasti Hampran, Kalasan, dan Sojomerto, Dinasti Syailendra-lah yang memegang pemerintahan atas Kerajaan Mataram Kuno. Kedua pendapat tersebut tidaklah salah karena keduanya berasal dari satu keturunan yang sama.

Raja terbesar di kerajaan ini adalah Rakai Sanjaya. Beliau memeluk agama Hindu Siwa. Selanjutnya, beliau digantikan oleh Rakai Panangkaran. Dalam masa pemerintahannya banyak mendirikan berbagai bangunan suci Hindu dan Buddha dalam bentuk candi. Mataram Kuno juga pernah melakukan perluasan kekuasaan sampai di Galuh, Sunda, dan Jawa Timur. Mataram Kuno pernah diperintah oleh Samaratungga dan Pramodhawardhani. Adik tiri Pramodhawardhani yang bernama Balaputradewa diusir hingga ke tanah Sumatra dan kelak mendirikan Sriwijaya.

Raja terakhir yang berkuasa adalah Rakai Sumba Dyah Wawa. Masa pemerintahan Rakai Sumba berakhir dengan tiba-tiba. Penyebabnya, Menurut R.W. van Bemmelen, letusan Gunung Merapi sangat dahsyat sehingga sebagian besar puncaknya lenyap. Letusan tersebut juga disertai gempa bumi, banjir, lahar, hujan abu, dan batubatuan yang sangat mengerikan. Bencana alam ini menghancurkan ibu kota Mataram (Medang) dan banyak daerah permukiman di Jawa Tengah sehingga rakyat menganggapnya sebagai pralaya (kehancuran dunia). Akibat pralaya tersebut, rakyat Mataram (termasuk kerabat raja dan pejabat tinggi Kerajaan Mataram) mengungsi ke arah timur (Jawa Timur). Berdirilah Wangsa Isyana yang dalam perkembangannya membentuk Kerajaan Jenggala dan Kediri.

d. Kerajaan Sriwijaya
Berdasarkan bukti yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa kerajaan ini berpusat di Palembang. Kerajaan ini berdiri pada abad VII Masehi. Balaputradewa menjadi raja terbesar di kerajaan ini. Di bawah pemerintahannya, kerajaan ini disegani berkat kekuatan armada lautnya. Sriwijaya juga menjadi pusat perdagangan yang kuat karena terletak di jalur perdagangan nasional dan internasional. Sriwijaya juga menjalin hubungan yang baik dengan negara-negara lain. Kejayaan Sriwijaya berlangsung dari abad IX–XI Masehi. Waktu itu rakyat hidup dengan tenteram. Namun, setelah Balaputradewa meninggal, tidak ada pengganti yang cakap dan mampumempertahankan kejayaannya. Selain itu, serangan dari Colamandala turut melemahkan kerajaan ini.

e. Kerajaan Singasari
Menurut kitab Pararaton dan Negarakertagama, pendiri dan raja pertama Tumapel (Singasari) adalah Ken Arok. Dia sekaligus sebagai pendiri Dinasti Rajasa atau Dinasti Girindra. Beliau menjadi cikal bakal raja-raja Singasari dan Majapahit. Setelah membunuh Kertajaya, Ken Arok mendirikan Kerajaan Singasari pada tahun 1222 Masehi. Singasari merupakan salah satu kerajaan Hindu. Pemerintahan di kerajaan ini sering mengalami pergantian. Hal ini dikarenakan dendam keluarga yang turun-temurun dan tidak berkesudahan. Keturunan Ken Arok yang berhasil membawa Singasari pada masa kejayaannya adalah Kertanegara. Pada masa pemerintahannya, Singasari dapat memperluas wilayah kerajaannya sampai di Sriwijaya dan Semenanjung Melayu. Pada tahun 1275 Raja Kertanegara mengirimkan tentaranya ke Melayu. Pengiriman pasukan ini dikenal dengan sebutan Ekspedisi Pamalayu. Ekspedisi ini berhasil menjalin hubungan persahabatan antara Singasari dan Melayu. Pada tahun 1292 Masehi Singasari diserang oleh Jayakatwang, pewaris takhta Kerajaan Kediri sehingga pertahanan Singasari mulai goyah.

f. Kerajaan Majapahit
Ketika Jayakatwang menghancurkan Singasari, salah seorang menantu Kertanegara, berhasil lolos. Beliau adalah Sanggramawijaya atau lebih dikenal sebagai Raden Wijaya. Prasasti Sukamrta menggambarkan kisah pelarian Raden Wijaya dari kejaran pasukan Jayakatwang hingga ke Madura menemui Aryya Wiraraja. Atas jaminan Aryya Wiraraja, Raden Wijaya mendapat pengampunan dari Jayakatwang dan mendapat wilayah di hutan Tarik. Dengan bantuan orang-orang Madura, Raden Wijaya dan pengikutnya mengubah hutan itu menjadi kota yang ramai dengan nama Majapahit. Sepeninggal pasukan Cina, Raden Wijaya dinobatkan sebagai raja. Dengan demikian, muncullah sebuah kerajaan yang kelak memiliki luas wilayah melebihi luas wilayah Indonesia sekarang. Kerajaan itu bernama Majapahit yang mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Beliau didampingi oleh mahapatih yang sangat cakap bernama Gajah Mada.

Setelah Hayam Wuruk dan Gajah Mada meninggal, tidak ada pengganti yang cocok untuk meneruskan pemerintahan. Akhirnya, Hayam Wuruk mengangkat putrinya yang bernama Kusumawardhani dan menantunya Wikramawardhana. Pergantian kekuasaan itu menyebabkan timbulnya Perang Paregreg antara Wikramawardhana dan Bhre Wirabumi. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1401–1406. Bhre Wirabumi sebagai putra Hayam Wuruk merasa berhak menduduki takhta Kerajaan Majapahit. Sejak saat itu Majapahit mengalami kemunduran.

4. Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
Kamu telah memahami tentang kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia. Kebudayaan kerajaan biasanya dipengaruhi oleh dua agama besar yaitu Hindu Siwa dan Buddha. Kedua agama ini dapat hidup damai. Demikian pula dengan peninggalan-peninggalannya. Kamu tentu mengenal candi-candi Hindu-Buddha peninggalan kerajaan tersebut.

a. Candi Borobudur (Jawa Tengah)
Bangunan pada gambar di samping adalah candi Borobudur, sebuah candi yang sangat terkenal di seluruh jagat. Betapa tidak. Apabila kita memandang candi Borobudur dari kejauhan, bangunan itu tampak tegak menjulang, megah, dan indah. Kalau kita lihat dari dekat, bangunan itu tertata rapi dari tumpukan batu, arca, dan dinding-dinding yang berelief sangat indah. Sungguh suatu perpaduan antara seni arsitektur dan teknologi yang sangat tinggi. Sebuah mahakarya yang tidak ternilai harganya dari masa lampau. Tidak mengherankan jika candi Borobudur terpilih sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia.

Candi Borobudur dibangun tahun 824 Masehi, pada masa pemerintahan Raja Samaratungga, dari Kerajaan Mataram Hindu. Mengapa dinamakan candi Borobudur? Menurut Poerbatjaraka, nama Borobudur berasal dari kata biara (wihara) dan bidur (tempat yang menonjol di atas bukit). Jadi, Borobudur berarti kecil atau wihara pendeta yang terletak di atas bukit.

Bangunan candi Borobudur dibagi menjadi tiga bagian bangunan. Pertama, Kamadhatu merupakan tingkat pertama sampai tingkat ketiga candi. Bagian ini dihiasi relief karmawibhangga yang melukiskan hukum yang berlaku dalam kehidupan manusia. Kedua, Rupadhatu, merupakan tingkat keempat sampai keenam candi yang memiliki hiasan relief Lalitavistara dan Jatakamala yang melukiskan kehidupan Sang Buddha. Ketiga, Arupadhatu, merupakan bagian atap candi dari tingkat ketujuh sampai kesepuluh. Tidak ada relief, tetapi banyak ditemui stupa-stupa yang menyimbolkan pencapaian kesempurnaan kehidupan manusia. Reruntuhan candi Borobudur mulai diselidiki pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles.

Raffles yang ternyata seorang pengagum sejarah dan kebudayaan pribumi pada tahun 1815 menugaskan H.C. Cornelius untuk mengadakan penyelidikan. Tahun 1835 bentuk susunan Borobudur mulai terungkap oleh A. Shaefer, seorang seniman Jerman. Penemuan yang menakjubkan berupa kaki candi yang tersembunyi terjadi pada tahun 1885. Antara tahun 1855–1891 ditemukan seluruh relief yang terdapat pada seluruh kaki candi. Pemugaran pertama candi Borobudur baru dilaksanakan tahun 1900 oleh tim yang diketuai Dr. J.L.A. Brandes. Candi Borobudur berhasil didirikan kembali dengan megah pada tahun 1911. Candi itu telah mengalami beberapa kali pemugaran hingga berbentuk seperti yang bisa kita lihat sekarang.

b. Candi Prambanan (Daerah Istimewa Yogyakarta)
Candi Prambanan terletak di Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Prambanan dibangun pada abad IX, masa Kerajaan Mataram Hindu. Candi tersebut dibangun oleh Raja Pikatan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Dewa Siwa. Candi Prambanan terdiri atas tiga halaman. Candi induk pada halaman pertama adalah candi Siwa yang menghadap ke arah timur. Pada dinding candi Siwa terdapat relief cerita Ramayana. Pada halaman kedua terdapat candi Perwara, yaitu 224 candi kecil yang tersusun menjadi empat deret. Di halaman luar belum ditemukan peninggalan-peninggalan candi. Saat ini digunakan sebagai panggung terbuka Ramayana.

c. Prasasti Ciaruteun (Jawa Barat)
Prasasti Ciaruteun merupakan benda arkeologi peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Pada prasasti tersebut terdapat lukisan laba-laba dan telapak kaki, yang dipercaya sebagai telapak kaki Raja Purnawarman. Prasasti tersebut terdiri atas empat baris ditulis dalam bentuk puisi India.

d. Prasasti Yupa (Kalimantan)
Yupa merupakan tiang batu yang digunakan hewan sebagai persembahan. Tiang tersebut memuat syair-syair Sanskerta untuk mengingat persembahan, hadiah-hadiah mewah atas nama Raja Mulawarman. Prasasti Yupa merupakan catatan tertulis Indonesia yang paling tua yang masih ada, berasal dari tahun 400 Masehi.

e. Gua Gajah (Bali)
Gua Gajah merupakan salah satu situs peninggalan Bali Kuno. Bagian depan gua dipenuhi ukiran yang menggambarkan pegunungan dengan berbagai binatang, dalam susunan seperti beberapa adegan di Borobudur. Bagian dalam gua berisi benda-benda peninggalan pemujaan Siwa. Namun, adanya arca-arca Buddha dan pecahan reruntuhan stupa batu menunjukkan bahwa orang-orang Buddha pernah memuja di tempat ini.

f. Patung Adityawarman (Sumatra)

Patung Adityawarman merupakan patung raksasa yang ditemukan di dekat perbatasan Sumatra Barat dan Jambi. Patung tersebut melukiskan Bhairawa, sosok yang mewujudkan dorongan-dorongan negatif manusia. Patung yang berwujud seorang lelaki memegang mangkuk tengkorak dan pisau serta berdiri di atas setumpuk tengkorak. Hal tersebut menceritakan pemandangan yang dialami Adityawarman ketika menghirup bau pembakaran mayat. 

1 komentar:

  1. Bingung Mencari Situs Yang Tepat & Aman....?
    Kini Telah Hadir Dewakiukiu ... Agen Terpercaya & Terbesar Di Asia...
    Surganya Para Gamers ada Disini !!!
    Kami Menyediakan 7 Jenis Permainan Untuk Anda Semua....
    1. Aduq 2. Bandarq 3. Domino 4. Poker 5. Bandarpoker 6. Capsasusun 7. Sakong
    Anda Semua Bisa Bermain 7 Permainan Kami Hanya Dalam 1 User ID....
    Hanya Minimal Depo 15.000 Rupiah Anda Sudah Bisa Nikmati 7 Game Kami...
    Ayok Tingkatin Hobi Anda & Uji Hoki Anda Di Dewakiukiu .....
    Kami Mengutamakan Pelayanan, Kecepatan dan Kepuasan kepada member
    Anda Jangan Ragu lagi Join Sekarang Juga !!!
    Jika Butuh Bantuan Sagera Hubungin Kami Disini :
    Liverchat : Dewakiukiunet
    Bbm : 33428C8D
    Whatsapp : +855962762654

    BalasHapus