A. Sejarah Hindu-Buddha dan Peninggalannya di Indonesia
Pada masa perdagangan kuno, kota-kota di pesisir Pulau Sumatra dan
Jawa berkembang menjadi pusat perdagangan. Pedagang yang singgah di kota-kota
pesisir tersebut tidak hanya berasal dari dalam negeri, tetapi juga dari luar
negeri. Hal itu terjadi karena letak Kepulauan Indonesia berada di daerah yang
strategis, yaitu di antara dua benua dan dua samudra. Keadaan ini menyebabkan
Indonesia menjadi daerah yang dilewati jalur perdagangan dan pelayaran internasional.
1. Masuk dan Berkembangnya Agama Hindu-Buddha ke Indonesia
Menurut sejarawan van Leur dan Wolters, hubungan dagang antara Indonesia dan India lebih dahulu berkembang
daripada hubungan dagang antara Indonesia dan Cina. Namun, sumber sejarah untuk
mengungkapkan hubungan antara Indonesia dan India ini sangat terbatas, yaitu
melalui kitab-kitab sastra dan sumbersumber dari Barat. Sementara itu,
orang-orang Cina mempunyai kebiasaan menuliskan kisah perjalanannya sehingga
banyak ditemukan sumber-sumber tentang hubungan dagang Indonesia-Cina. Dari hubungan perdagangan, muncul beberapa teori mengenai proses
masuknya budaya Hindu-Buddha ke Indonesia. Teori-teori tersebut antara lain
sebagai berikut:
a. Teori Brahmana
Penguasa-penguasa wilayah Nusantara ingin mendapat status terhormat
di mata tamu-tamunya, yaitu para pedagang asing dari India dan Cina. Mereka
kemudian mengundang para Brahmana dari India. Sebagian dari mereka kemudian
memutuskan untuk memeluk agama Hindu agar memperoleh penetapan sebagai kasta
kesatria melalui upacara wratyastoma yang harus diselenggarakan oleh seorang brahmana.
b. Teori Kesatria
Agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia akibat pengaruh para bangsawan.
Teori ini dikemukakan F.D.K. Bosch yang beranggapan bahwa telah terjadi kolonisasi oleh orang-orang
India. Daerah koloni ini menjadi pusat penyebaran budaya India. Bahkan ada yang
berpendapat bahwa kolonisasi yang terjadi disertai penaklukan melalui perang.
Pemegang peranan terhadap proses masuknya kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
adalah golongan prajurit atau kasta kesatria.
c. Teori Waisya
Menurutnya N.J. Krom, golongan kesatria bukan merupakan golongan terbesar di antara
orang-orang India yang datang ke Indonesia. Krom berpendapat bahwa masuknya
Hindu-Buddha ke Indonesia karena peranan kepada kasta waisya (pedagang). Mereka
menetap di Indonesia kemudian menyebarkan kebudayaan India melalui hubungan dengan
penguasa di Indonesia. Krom mengisyaratkan telah terjadi perkawinan antara
pedagang India dan penduduk asli Indonesia.
d. Teori Arus Balik
Teori arus balik dikemukakan oleh van Leur. Menurutnya, orang Indonesia
juga memiliki peran dalam proses masuknya kebudayaan India. Para pedagang dari
Indonesia, datang sendiri ke India karena penasaran dengan kebudayaan tersebut.
Mereka menetap di India selama beberapa waktu kemudian pulang kembali dengan
membawa kebudayaan India dan menyebarkannya. Teori ini disebut teori arus balik.
Selain dengan India, bangsa Indonesia pada zaman kuno telah
menjalin hubungan dagang dengan Cina. Satu hal yang penting dalam hubungan dagang
antara Indonesia dan Cina adalah adanya hubungan pelayaran langsung antara
kedua tempat tersebut. Bukti adanya pelayaran antara Indonesia dan Cina berasal
dari abad V Masehi. Hal ini ditunjukkan dalam catatan perjalanan dua orang
pendeta Buddha, yaitu Fa-Hsien dan Gunawarman. Sebuah berita mengenai hubungan antara orang Indonesia dan Cina adalah
datangnya utusan dari Ho-lo-tan, sebuah negeri di She-po (Jawa).
Hubungan dagang Indonesia dengan India dan Cina telah menempatkan Indonesia
pada jaringan pergaulan internasional. Selain itu, pengaruh India serta Cina
telah menyebabkan perubahan dalam tata susunan masyarakat di Indonesia.
2. Pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia
Pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Buddha dari India di Indonesia
sangat kuat. Hal ini dapat dilihat dari hasil akulturasi yang ada di berbagai bidang.
Istilah yang tepat untuk menyebut pengaruh agama dan budaya Hindu-Buddha pada
budaya Indonesia menurut Prof. Dr. F.D.K. Bosch
disebut fecundation (penyuburan), yaitu
penyuburan budaya Indonesia oleh budaya Hindu-Buddha. Kenyataan menunjukkan
bahwa budaya Hindu-Buddha tidak menghilangkan budaya asli Indonesia. Oleh orang
Indonesia, budaya Hindu-Buddha dimodifikasi sesuai dengan keadaan masyarakat.
Benda-benda peninggalan sejarah Hindu-Buddha banyak ditemukan di Sumatra, Jawa,
Kalimantan, dan Bali.
Hasil interaksi antara para pendatang dari India dengan penduduk
Nusantara menghasilkan sesuatu hal yang baru bagi masyarakat Indonesia.
Beberapa pengaruh Hindu-Buddha di antaranya sebagai berikut:
a. Bidang Bahasa dan Aksara
Dengan datangnya pengaruh budaya India maka dipergunakan bahasa
dari India, terutama bahasa Sanskerta dan Pali. Walaupun demikian, tidak
berarti bahwa bahasa Nusantara menjadi tersisih dan punah. Bahasa Jawa Kuno dan
bahasa Melayu Kuno tetap dipakai, bahkan nantinya diperkaya dengan istilah-istilah
dari bahasa Sanskerta. Dalam bidang aksara, penduduk Nusantara mulai melek
aksara dengan dikenalnya aksara Pallawa dan Nagari (atau disebut juga Siddham). Dalam perkembangannya, para empu Nusantara menciptakan aksara
baru yang disebut aksara Kawi (ada juga yang menyebutnya aksara Jawa Kuno).
b. Bidang Teknologi Bangunan
Sebelum datangnya pengaruh budaya India, masyarakat Nusantara
membangun monumen punden berundak sebagai sarana untuk pemujaan kepada roh nenek moyang. Pemujaan kepada
dewa/Bodisatwa di Nusantara digunakan teknologi pembuatan bangunan suci yang
disebut candi, petirtaan, dan stupa.
Mula-mula bangunan candi sebagai tempat pemujaan kepada dewa
dibangun sesuai dengan aturan dalam Kitab Silpasastra, bangunan utama berada di tengah-tengah percandian. Tetapi ketika
pemujaan kepada leluhur tampil kembali dalam kepercayaan, bentuk candi pun
menyesuaikan diri, kembali ke bangunan punden berundak, bangunan utama berada
di bagian belakang dan bangunan candi terlihat bertingkat-tingkat. Hal ini terlihat
pada bangunan candi di Jawa Timur. Bangunan candi mengalami persesuaian dengan bangunan
punden berundak.
c. Bidang Agama
Sebelum mendapat pengaruh agama-agama dari India, penduduk Nusantara
telah memiliki kepercayaan animisme,
dinamisme,animatisme, totemisme, dan fetisisme. Dengan masuknya
budaya India,penduduk Nusantara secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan
Buddha, diawali oleh lapisan elite para datu dan keluarganya. Walaupun
demikian, lapisan bawah terutama di pedesaan masih banyak yang tetap menganut
kepercayaan asli berupa pemujaan kepada nenek moyang.
Dalam perkembangannya, agama Hindu dan agama Buddha berpadu
menjadi agama Siwa Buddha. Bahkan agama campuran ini masih diwarnai dengan
kepercayaan-kepercayaan asli Nusantara. Bukti pendukung tentang akulturasi
agama ini dapat dilihat dari dimasukkannya dewa dewi asli Nusantara dalam
susunan para dewa Hindu, yaitu Sang Hyang Tunggal dan Sang Hyang Wenang, justru
sebagai moyang para dewa.
d. Bidang Seni
Pengaruh agama Hindu-Buddha juga terjadi di bidang seni. Misalnya dalam
seni arca, relief, sastra, musik, dan wayang. Berikut beberapa contoh pengaruh
dalam bidang seni:
1) Arca
Bangsa Indonesia belajar membuat arca dewa dari budaya India. Arca
Nusantara yang sederhana dikembangkan menjadi seni arca yang secara kualitas
lebih baik, tetapi arca yang tampil adalah arca dewa/perwujudan raja yang
hidup. Pembuatan arca yang dinamis ini berlangsung sampai dengan zaman
Tumapel-Singasari. Sejak zaman Tumapel-Singasari sampai zaman Majapahit, arca Nusantara
sudah tampil beda, kaku seperti mayat. Tahapan ini menandai tampilnya kembali
seni arca prasejarah berkaitan dengan pemujaan para leluhur. Terjadilah
akulturasi seni arca, arca dari para dewa tetapi dengan penampilan kaku seperti
mayat karena sekaligus menggambarkan leluhur yang sudah di alam surga.
2) Relief
Dengan datangnya pengaruh seni relief dari India, relief yang
terpahat pada candi-candi tampil sebagai relief tinggi yang khas Nusantara,
menggambarkan suasana Nusantara (bukan gambaran versi India). Sejak zaman
Tumapel-Singasari tampil gaya yang berbeda yaitu lebih menampilkan seni relief Nusantara
asli, yaitu relief wayang yang dipahat sebagai relief rendah.
3) Musik
Sebelum kedatangan pengaruh India bangsa Indonesia sudah memiliki
tradisi musik yang tinggi. Pada saat itu alat music yang berkembang antara lain
nekara, kendang, kecer, dan kemanak. Masuknya pengaruh India menyebabkan penambahan beberapa alat
musik, di antaranya vina (gitar bersenar tiga) dan harpa.
4) Wayang
Budaya India juga berpengaruh pada wayang. Wayang dan musiknya
(gamelan) merupakan kebudayaan asli dari Nusantara berkaitan dengan pemujaan
kepada roh para leluhur. Namun, budaya India memperkaya wayang dengan
menyumbangkan beragam cerita, yaitu dari epos Mahabharata dan Ramayana. Jadi, wayang
dan gamelannya merupakan asli Nusantara sementara cerita yang dimainkannya
berasal dari India. Dalam wayang terdapat pula aspek politik, yaitu penyampaian
kritik-kritik sosial. Wayang dapat juga digunakan sebagai wadah penyampaian
hal-hal baru yang tidak dapat diberikan secara langsung.
e. Bidang Sastra
Sebelum masuknya pengaruh India, sastra Nusantara berupa sastra lisan.
Dengan masuknya pengaruh sastra dari India, sejak zaman Mataram sampai dengan
zaman Majapahit awal dikenal sastra tembang yang disebut kakawin (ka-kawi-an).
Memasuki zaman Majapahit pertengahan irama kakawin digeser oleh irama kidung. Hasil
karya sastra Nusantara akibat pengaruh budaya India sebagai berikut.
f. Bidang Penanggalan atau Kalender
Sebelum datangnya pengaruh budaya dari India, Nusantara sudah mengenal
kalender dengan perhitungan satu pekan terdiri atas 5 dan 7 hari dipakai
bersama, setahun dibagi atas 10 bulan serta perhitungan pawukon. Dengan datangnya
kalender versi India, kedua kalender ini dipadukan menjadi kalender Saka yang
dilengkapi dengan hari pasaran (Pon, Wage, Kliwon, Legi, dan Pahing), serta wuku dan paringkelan.
3. Perkembangan Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
Masuknya pengaruh budaya India, mengubah sistem kemasyarakatan yang
telah ada. Golongan yang memegang kekuasaan dahulunya adalah ketua suku, ketua
adat, dengan gelar datuk atau ratu, dan raja. Pada saat itu, pergantian
pimpinan dilakukan berdasarkan kelebihan kemampuan seseorang dibanding yang
lain. Hal ini dikenal dengan istilah primus interpares
(yang pertama atau utama dari sesamanya). Namun, dengan adanya pengaruh India, pimpinan dipilih
berdasarkan keturunan atau pertalian darah. Hubungan penguasa dengan rakyatnya
berdasarkan kewibawaan dan kehormatan.
Selanjutnya, sistem pemerintahan diatur oleh suatu sistem
kerajaan. Hubungan penguasa dengan kawula berdasarkan hubungan yang memerintah
dengan yang diperintah. Pergantian pimpinan berdasarkan keturunan. Gelar
penguasa disebut raja atau maharaja. Dalam sistem pemerintahan Hindu-Buddha di
Indonesia, raja tidak memerintah dengan kekuasaan tunggal dan mutlak seperti di
India. Namun, sistem pemerintahannya terdiri atas daerah-daerah yang diperintah
oleh rakai atau rakryan yang memiliki otonomi cukup luas. Namun, para rakai itu umumnya
masih memiliki hubungan keluarga dengan raja, baik itu hubungan saudara (satu
keturunan) maupun melalui perkawinan.
a. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan
yang terletak di Kalimantan Timur ini berdiri pada tahun 400 Masehi. Raja yang
pertama Kundunga. Dilihat dari namanya, raja tersebut tidak beragama Hindu
karena nama tersebut merupakan nama Indonesia asli. Pengaruh Hindu mulai tampak
sejak Asmawarman, anak Kundunga, menjadi raja, yaitu dipergunakannya nama yang
berbau India. Oleh karena itu, yang dianggap sebagai pendiri kerajaan adalah Asmawarman,
dan bukan Kundunga sendiri.
Pada masa Mulawarman, Kutai mengalami kejayaan. Sang raja
menaklukkan wilayah-wilayah di sekitarnya untuk memperluas kekuasaannya. Mulawarman
sangat dihormati oleh rakyatnya. Ini terbukti dengan dibangunnya beberapa Yupa
sebagai pernyataan terima kasih atau penghormatan kepada sang raja. Selain itu,
hubungan dengan Negara lain juga terjalin dengan baik, terutama dalam bidang
perdagangan dan keagamaan. Dengan diketemukannya prasasti Mulawarman maka berakhirlah
masa praaksara di Indonesia.
b. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara terletak di Jawa Barat, tepatnya di tepi Sungai
Cisadane (sekitar Bogor sekarang). Kerajaan ini berkembang sekitar abad VI–VII
Masehi. Kerajaan Tarumanegara mencapai puncak kejayaannya pada masa
pemerintahan Raja Purnawarman. Dalam masa pemerintahannya, Tarumanegara
menjalin hubungan yang erat dengan negara-negara tetangga lainnya. Buktinya
dapat dilihat dari berita-berita Cina yang ditemukan sebagai tanda keberadaan
kerajaan ini. Masyarakat Tarumanegara menganut dua agama, yaitu Hindu dan
kepercayaan asli setempat.
c. Kerajaan Mataram Kuno
Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah. Menurut prasasti-prasasti yang
telah ditemukan, seperti prasasti Canggal dan Mantyasih, Mataram Kuno
diperintah oleh Dinasti Sanjaya. Namun, menurut prasasti Hampran, Kalasan, dan Sojomerto, Dinasti
Syailendra-lah yang memegang pemerintahan atas Kerajaan Mataram Kuno. Kedua
pendapat tersebut tidaklah salah karena keduanya berasal dari satu keturunan yang
sama.
Raja terbesar di kerajaan ini adalah Rakai Sanjaya. Beliau memeluk
agama Hindu Siwa. Selanjutnya, beliau digantikan oleh Rakai Panangkaran. Dalam
masa pemerintahannya banyak mendirikan berbagai bangunan suci Hindu dan Buddha
dalam bentuk candi. Mataram Kuno juga pernah melakukan perluasan kekuasaan
sampai di Galuh, Sunda, dan Jawa Timur. Mataram Kuno pernah diperintah oleh Samaratungga
dan Pramodhawardhani. Adik tiri Pramodhawardhani yang bernama Balaputradewa
diusir hingga ke tanah Sumatra dan kelak mendirikan Sriwijaya.
Raja terakhir yang berkuasa adalah Rakai Sumba Dyah Wawa. Masa pemerintahan
Rakai Sumba berakhir dengan tiba-tiba. Penyebabnya, Menurut R.W. van Bemmelen,
letusan Gunung Merapi sangat dahsyat sehingga sebagian besar puncaknya lenyap.
Letusan tersebut juga disertai gempa bumi, banjir, lahar, hujan abu, dan
batubatuan yang sangat mengerikan. Bencana alam ini menghancurkan ibu kota
Mataram (Medang) dan banyak daerah permukiman di Jawa Tengah sehingga rakyat
menganggapnya sebagai pralaya (kehancuran dunia). Akibat pralaya tersebut, rakyat Mataram
(termasuk kerabat raja dan pejabat tinggi Kerajaan Mataram) mengungsi ke arah
timur (Jawa Timur). Berdirilah Wangsa Isyana yang dalam perkembangannya
membentuk Kerajaan Jenggala dan Kediri.
d. Kerajaan Sriwijaya
Berdasarkan bukti yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa kerajaan
ini berpusat di Palembang. Kerajaan ini berdiri pada abad VII Masehi.
Balaputradewa menjadi raja terbesar di kerajaan ini. Di bawah pemerintahannya,
kerajaan ini disegani berkat kekuatan armada lautnya. Sriwijaya juga menjadi pusat
perdagangan yang kuat karena terletak di jalur perdagangan nasional dan
internasional. Sriwijaya juga menjalin hubungan yang baik dengan negara-negara
lain. Kejayaan Sriwijaya berlangsung dari abad IX–XI Masehi. Waktu itu rakyat hidup
dengan tenteram. Namun, setelah Balaputradewa meninggal, tidak ada pengganti
yang cakap dan mampumempertahankan kejayaannya. Selain itu, serangan dari Colamandala
turut melemahkan kerajaan ini.
e. Kerajaan Singasari
Menurut kitab Pararaton dan Negarakertagama, pendiri dan raja
pertama Tumapel (Singasari) adalah Ken Arok. Dia sekaligus sebagai pendiri Dinasti Rajasa atau Dinasti
Girindra. Beliau menjadi cikal bakal raja-raja Singasari dan Majapahit. Setelah
membunuh Kertajaya, Ken Arok mendirikan Kerajaan Singasari pada tahun 1222
Masehi. Singasari merupakan salah satu kerajaan Hindu. Pemerintahan di kerajaan
ini sering mengalami pergantian. Hal ini dikarenakan dendam keluarga yang turun-temurun dan tidak berkesudahan. Keturunan
Ken Arok yang berhasil membawa Singasari pada masa kejayaannya adalah Kertanegara. Pada masa pemerintahannya,
Singasari dapat memperluas wilayah kerajaannya sampai di Sriwijaya dan
Semenanjung Melayu. Pada tahun 1275 Raja Kertanegara mengirimkan tentaranya ke
Melayu. Pengiriman pasukan ini dikenal dengan sebutan Ekspedisi Pamalayu. Ekspedisi ini
berhasil menjalin hubungan persahabatan antara Singasari dan Melayu. Pada tahun
1292 Masehi Singasari diserang oleh Jayakatwang, pewaris takhta Kerajaan Kediri
sehingga pertahanan Singasari mulai goyah.
f. Kerajaan Majapahit
Ketika Jayakatwang menghancurkan Singasari, salah seorang menantu
Kertanegara, berhasil lolos. Beliau adalah Sanggramawijaya
atau lebih dikenal sebagai Raden Wijaya. Prasasti Sukamrta menggambarkan kisah
pelarian Raden Wijaya dari kejaran pasukan Jayakatwang hingga ke Madura menemui
Aryya Wiraraja. Atas jaminan Aryya Wiraraja, Raden Wijaya mendapat pengampunan
dari Jayakatwang dan mendapat wilayah di hutan
Tarik. Dengan bantuan orang-orang Madura, Raden
Wijaya dan pengikutnya mengubah hutan itu menjadi kota yang ramai dengan nama Majapahit. Sepeninggal pasukan
Cina, Raden Wijaya dinobatkan sebagai raja. Dengan demikian, muncullah sebuah
kerajaan yang kelak memiliki luas wilayah melebihi luas wilayah Indonesia
sekarang. Kerajaan itu bernama Majapahit yang mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Beliau didampingi
oleh mahapatih yang sangat cakap bernama Gajah
Mada.
Setelah Hayam Wuruk dan Gajah Mada meninggal, tidak ada pengganti
yang cocok untuk meneruskan pemerintahan. Akhirnya, Hayam Wuruk mengangkat
putrinya yang bernama Kusumawardhani dan menantunya Wikramawardhana. Pergantian
kekuasaan itu menyebabkan timbulnya Perang Paregreg antara Wikramawardhana dan Bhre Wirabumi. Peristiwa itu terjadi
pada tahun 1401–1406. Bhre Wirabumi sebagai putra Hayam Wuruk merasa berhak
menduduki takhta Kerajaan Majapahit. Sejak saat itu Majapahit mengalami kemunduran.
4. Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
Kamu telah memahami tentang kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia. Kebudayaan
kerajaan biasanya dipengaruhi oleh dua agama besar yaitu Hindu Siwa dan Buddha.
Kedua agama ini dapat hidup damai. Demikian pula dengan
peninggalan-peninggalannya. Kamu tentu mengenal candi-candi Hindu-Buddha
peninggalan kerajaan tersebut.
a. Candi Borobudur (Jawa Tengah)
Bangunan pada gambar di samping adalah candi Borobudur, sebuah
candi yang sangat terkenal di seluruh jagat. Betapa tidak. Apabila kita
memandang candi Borobudur dari kejauhan, bangunan itu tampak tegak menjulang,
megah, dan indah. Kalau kita lihat dari dekat, bangunan itu tertata rapi dari
tumpukan batu, arca, dan dinding-dinding yang berelief sangat indah. Sungguh
suatu perpaduan antara seni arsitektur dan teknologi yang sangat tinggi. Sebuah
mahakarya yang tidak ternilai harganya dari masa lampau. Tidak mengherankan
jika candi Borobudur terpilih sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia.
Candi Borobudur dibangun tahun 824 Masehi, pada masa pemerintahan
Raja Samaratungga, dari Kerajaan Mataram Hindu. Mengapa dinamakan candi
Borobudur? Menurut Poerbatjaraka, nama Borobudur berasal dari kata biara (wihara) dan bidur (tempat yang menonjol
di atas bukit). Jadi, Borobudur berarti kecil atau wihara pendeta yang terletak
di atas bukit.
Bangunan candi Borobudur dibagi menjadi tiga bagian bangunan. Pertama, Kamadhatu merupakan tingkat pertama sampai tingkat ketiga candi. Bagian ini
dihiasi relief karmawibhangga yang melukiskan hukum yang berlaku dalam kehidupan manusia. Kedua, Rupadhatu, merupakan tingkat keempat sampai keenam candi yang memiliki
hiasan relief Lalitavistara dan Jatakamala yang melukiskan kehidupan Sang Buddha. Ketiga, Arupadhatu, merupakan bagian atap candi dari tingkat ketujuh sampai
kesepuluh. Tidak ada relief, tetapi banyak ditemui stupa-stupa yang
menyimbolkan pencapaian kesempurnaan kehidupan manusia. Reruntuhan candi Borobudur
mulai diselidiki pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Thomas Stamford
Raffles.
Raffles yang ternyata seorang pengagum sejarah dan kebudayaan
pribumi pada tahun 1815 menugaskan H.C. Cornelius untuk mengadakan
penyelidikan. Tahun 1835 bentuk susunan Borobudur mulai terungkap oleh A.
Shaefer, seorang seniman Jerman. Penemuan yang menakjubkan berupa kaki candi
yang tersembunyi terjadi pada tahun 1885. Antara tahun 1855–1891 ditemukan
seluruh relief yang terdapat pada seluruh kaki candi. Pemugaran pertama candi
Borobudur baru dilaksanakan tahun 1900 oleh tim yang diketuai Dr. J.L.A.
Brandes. Candi Borobudur berhasil didirikan kembali dengan megah pada tahun
1911. Candi itu telah mengalami beberapa kali pemugaran hingga berbentuk
seperti yang bisa kita lihat sekarang.
b. Candi Prambanan (Daerah Istimewa Yogyakarta)
Candi Prambanan terletak di Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan,
Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Prambanan dibangun
pada abad IX, masa Kerajaan Mataram Hindu. Candi tersebut dibangun oleh Raja Pikatan
sebagai ungkapan rasa syukur kepada Dewa Siwa. Candi Prambanan terdiri atas
tiga halaman. Candi induk pada halaman pertama adalah candi Siwa yang menghadap
ke arah timur. Pada dinding candi Siwa terdapat relief cerita Ramayana. Pada
halaman kedua terdapat candi Perwara, yaitu 224 candi kecil yang tersusun
menjadi empat deret. Di halaman luar belum ditemukan peninggalan-peninggalan
candi. Saat ini digunakan sebagai panggung terbuka Ramayana.
c. Prasasti Ciaruteun (Jawa Barat)
Prasasti Ciaruteun merupakan benda arkeologi peninggalan Kerajaan
Tarumanegara. Pada prasasti tersebut terdapat lukisan laba-laba dan telapak
kaki, yang dipercaya sebagai telapak kaki Raja Purnawarman. Prasasti tersebut
terdiri atas empat baris ditulis dalam bentuk puisi India.
d. Prasasti Yupa (Kalimantan)
Yupa merupakan tiang batu yang digunakan hewan sebagai persembahan.
Tiang tersebut memuat syair-syair Sanskerta untuk mengingat persembahan,
hadiah-hadiah mewah atas nama Raja Mulawarman. Prasasti Yupa merupakan catatan tertulis
Indonesia yang paling tua yang masih ada, berasal dari tahun 400 Masehi.
e. Gua Gajah (Bali)
Gua Gajah merupakan salah satu situs peninggalan Bali Kuno. Bagian
depan gua dipenuhi ukiran yang menggambarkan pegunungan dengan berbagai
binatang, dalam susunan seperti beberapa adegan di Borobudur. Bagian dalam gua
berisi benda-benda peninggalan pemujaan Siwa. Namun, adanya arca-arca Buddha
dan pecahan reruntuhan stupa batu menunjukkan bahwa orang-orang Buddha pernah
memuja di tempat ini.
f. Patung Adityawarman (Sumatra)
Patung Adityawarman merupakan patung raksasa yang ditemukan di
dekat perbatasan Sumatra Barat dan Jambi. Patung tersebut melukiskan Bhairawa, sosok yang
mewujudkan dorongan-dorongan negatif manusia. Patung yang berwujud seorang
lelaki memegang mangkuk tengkorak dan pisau serta berdiri di atas setumpuk
tengkorak. Hal tersebut menceritakan pemandangan yang dialami Adityawarman
ketika menghirup bau pembakaran mayat.
Bingung Mencari Situs Yang Tepat & Aman....?
BalasHapusKini Telah Hadir Dewakiukiu ... Agen Terpercaya & Terbesar Di Asia...
Surganya Para Gamers ada Disini !!!
Kami Menyediakan 7 Jenis Permainan Untuk Anda Semua....
1. Aduq 2. Bandarq 3. Domino 4. Poker 5. Bandarpoker 6. Capsasusun 7. Sakong
Anda Semua Bisa Bermain 7 Permainan Kami Hanya Dalam 1 User ID....
Hanya Minimal Depo 15.000 Rupiah Anda Sudah Bisa Nikmati 7 Game Kami...
Ayok Tingkatin Hobi Anda & Uji Hoki Anda Di Dewakiukiu .....
Kami Mengutamakan Pelayanan, Kecepatan dan Kepuasan kepada member
Anda Jangan Ragu lagi Join Sekarang Juga !!!
Jika Butuh Bantuan Sagera Hubungin Kami Disini :
Liverchat : Dewakiukiunet
Bbm : 33428C8D
Whatsapp : +855962762654